Reglow Clinic

Kulit Menjadi Semakin Sensitif? Ini Penyebab Utama dan Cara Mengatasinya

Dipublikasikan pada: 12 Aug 2025

Gambar artikel

Kulit Menjadi Semakin Sensitif? Ini Penyebab Utama dan Cara Mengatasinya

Kulit sensitif merupakan kondisi yang umum dialami oleh banyak orang, ditandai dengan reaksi berlebihan terhadap faktor-faktor tertentu yang biasanya tidak menimbulkan masalah pada kulit normal. Gejala yang sering muncul meliputi kemerahan, rasa perih, gatal, hingga kulit terasa kencang atau terbakar. Memahami penyebab dan cara mengatasinya sangat penting untuk menjaga kesehatan kulit Anda.

Penyebab Kulit Sensitif

Penyebab kulit sensitif dapat dibagi menjadi dua kategori utama: faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal

  1. Makanan Pedas
    Makanan pedas adalah jenis makanan yang mengandung zat capsaicin, senyawa aktif yang memberi rasa pedas pada cabai dan rempah lainnya. Pada kulit sensitif, capsaicin dapat merangsang reseptor nyeri dan iritasi di permukaan kulit, sehingga menimbulkan sensasi panas, kemerahan, dan peradangan. Reaksi ini terjadi karena capsaicin memicu pelepasan zat kimia dalam tubuh yang memperbesar respon inflamasi, sehingga kulit menjadi lebih mudah meradang setelah konsumsi makanan pedas.

Penelitian Capsaicin induces reflex scratching in inflamed skin menunjukkan bahwa capsaicin dapat menyebabkan iritasi kulit dengan gejala seperti sensasi terbakar dan kemerahan. Capsaicin bekerja dengan merangsang saraf sensorik yang sensitif, yang berperan dalam reaksi alergi kulit.

  1. Alkohol
    Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol, yang dapat memengaruhi berbagai sistem dalam tubuh termasuk sistem peredaran darah. Minuman beralkohol dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah di kulit, sehingga muncul kemerahan yang khas pada kulit sensitif. Selain itu, alkohol bersifat diuretik yang menyebabkan tubuh kehilangan cairan lebih banyak dan berpotensi menimbulkan dehidrasi. Kondisi dehidrasi ini membuat kulit menjadi kering, kehilangan kelembapan alaminya, dan lebih rentan terhadap iritasi atau inflamasi.
     
  2. Intoleransi Gluten
    Intoleransi gluten adalah reaksi tubuh yang terjadi pada individu yang tidak dapat mencerna protein gluten dengan baik, biasanya terkait dengan kondisi autoimun seperti penyakit celiac. Pada beberapa orang, konsumsi gluten dapat memicu reaksi kulit berupa ruam gatal atau yang dikenal dengan dermatitis herpetiformis. Reaksi ini muncul karena sistem imun secara keliru menyerang jaringan kulit sebagai respons terhadap gluten, sehingga menimbulkan inflamasi dan iritasi kulit yang khas pada penderita intoleransi gluten.

Penelitian Persistent Skin Symptoms after Diagnosis and on a Long-term Gluten-free Diet in Dermatitis Herpetiformis menunjukkan Dermatitis herpetiformis adalah manifestasi kulit dari penyakit celiac yang disebabkan oleh sensitivitas terhadap gluten. Diagnosis dikonfirmasi dengan menunjukkan deposit granular imunoglobulin A di dermis papiler. Pengobatan utama untuk semua pasien adalah diet bebas gluten seumur hidup.

  1. Perubahan Hormon
    Perubahan hormon adalah fluktuasi kadar hormon yang terjadi secara alami dalam tubuh, terutama selama siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause. Perubahan ini dapat memengaruhi fungsi dan sensitivitas kulit, sehingga membuatnya lebih reaktif terhadap rangsangan dari luar. Hormon seperti estrogen dan progesteron berperan dalam menjaga kelembapan dan kekuatan penghalang kulit; ketika kadar hormon ini berubah, lapisan pelindung kulit melemah dan menimbulkan iritasi, kemerahan, atau peningkatan sensitivitas.
     
  2. Stres atau Emosi yang Kuat
    Stres dan emosi yang kuat adalah kondisi psikologis yang memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol dalam tubuh. Hormon ini dapat memengaruhi sistem kekebalan dan respon inflamasi kulit, sehingga menyebabkan peningkatan kemerahan, gatal, atau iritasi pada kulit sensitif. Selain itu, stres juga dapat mengganggu proses regenerasi kulit dan memperlambat penyembuhan luka, sehingga membuat kulit lebih rentan terhadap berbagai gangguan dan reaksi negatif.
     

Faktor Eksternal

  1. Perubahan Suhu dan Angin
    Perubahan suhu dan angin adalah kondisi lingkungan di mana kulit terpapar suhu yang sangat panas atau dingin serta hembusan angin yang kencang. Paparan ini dapat merusak lapisan pelindung kulit yang berfungsi menjaga kelembapan dan melindungi dari iritan luar. Saat lapisan pelindung ini rusak, kulit menjadi kering, mudah teriritasi, dan rentan terhadap kemerahan atau pengelupasan. Terutama pada kulit sensitif, kondisi ini memperburuk reaksi inflamasi karena pertahanan kulit menurun.
     
  2. Polusi
    Polusi udara terdiri dari partikel-partikel kecil seperti debu, asap, dan bahan kimia berbahaya yang tersebar di udara. Partikel polusi ini dapat menempel pada permukaan kulit dan menyumbat pori-pori, menghambat proses pernapasan kulit, dan memicu inflamasi. Pada kulit sensitif, reaksi ini lebih mudah terjadi karena sistem pertahanan kulit yang lebih lemah, sehingga kulit menjadi kemerahan, gatal, dan mengalami iritasi.

Peneliian The influence of air pollution on skin microbiome: a link to skin barrier dysfunction menunjukkan polusi udara dapat mengganggu mikrobioma kulit dengan mengurangi keragamannya dan mempromosikan pertumbuhan mikroorganisme patogen, yang mengakibatkan penurunan hidrasi kulit dan peningkatan pH.

  1. Sinar Matahari
    Sinar matahari mengandung radiasi ultraviolet (UV) yang dapat menembus lapisan kulit dan menyebabkan kerusakan sel-sel kulit. Pada kulit sensitif, paparan sinar UV menyebabkan reaksi berlebihan seperti kemerahan, rasa panas, dan bahkan luka bakar. Kerusakan akibat sinar UV ini terjadi karena radiasi UV memicu stres oksidatif dan inflamasi yang merusak struktur kolagen dan elastin, sehingga kulit menjadi lebih rapuh dan mudah iritasi.

Penelitian Ultraviolet-B induced inflammation of human skin: characterisation and comparison with traditional models of hyperalgesia menunjukkan sinar UV dapat menyebabkan eritema (kemerahan) dan digunakan sebagai model untuk mempelajari hipersensitivitas kulit.

Ramadhan Glowing

Diskon hingga 50% untuk rayakan momen kemenangan dengan kulit cerah, sehat, dan glowing maksimal!

Reservasi sekarang
Ramadhan Glowing

  1. Bahan Tambahan dalam Kosmetik
    Bahan tambahan dalam kosmetik adalah zat-zat seperti pewangi, alkohol, pengawet, atau pewarna yang digunakan untuk meningkatkan aroma, daya tahan, atau tampilan produk. Beberapa bahan ini dapat memicu reaksi alergi atau iritasi pada kulit sensitif karena bersifat keras atau menyebabkan gangguan pada lapisan pelindung kulit. Ketika kulit sensitif terpapar bahan-bahan tersebut, sistem imun dapat bereaksi berlebihan sehingga muncul kemerahan, gatal, atau rasa terbakar.
     
  2. Bubuk Detergen
    Bubuk detergen adalah produk pembersih pakaian yang mengandung bahan kimia untuk menghilangkan noda dan kotoran. Sisa detergen yang tertinggal pada pakaian dapat bersentuhan dengan kulit, terutama jika pakaian tidak dibilas bersih. Pada kulit sensitif, bahan kimia dalam detergen dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, dan gatal karena reaksi alergi atau kontak iritan langsung pada kulit.
     
  3. Tindakan Bedah (Operasi)
    Tindakan bedah adalah prosedur medis yang melibatkan pembedahan pada kulit atau jaringan tubuh. Setelah operasi, kulit di area tersebut mengalami proses penyembuhan yang membuatnya lebih rapuh dan sensitif terhadap rangsangan luar. Sensitivitas ini terjadi karena lapisan kulit terluka dan proses inflamasi alami tubuh sedang berlangsung untuk memperbaiki jaringan yang rusak, sehingga kulit menjadi lebih mudah meradang dan iritasi.

Cara Mengatasi Kulit Sensitif

Mengelola kulit sensitif memerlukan pendekatan yang hati-hati dan konsisten. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu:

  1. Pilih Produk Perawatan yang Lembut
    Memilih produk perawatan kulit yang lembut sangat penting untuk kulit sensitif karena bahan-bahan keras seperti alkohol, pewangi, dan zat kimia iritan dapat memicu reaksi negatif seperti kemerahan dan iritasi. Produk dengan formula khusus untuk kulit sensitif biasanya mengandung bahan yang menenangkan dan minim iritan, sehingga membantu memperkuat pertahanan kulit dan mengurangi risiko alergi. Sebaiknya, langkah ini dilakukan setiap kali Anda akan menggunakan produk baru dan dijadikan kebiasaan dalam perawatan harian. Penting untuk selalu membaca label produk dan mencari yang berlabel “hypoallergenic” atau “non-comedogenic.” Jangan lupa lakukan patch test terlebih dahulu agar bisa meminimalkan risiko reaksi yang tidak diinginkan.
     
  2. Gunakan Pelembap Secara Teratur
    Penggunaan pelembap secara rutin sangat penting karena kulit sensitif cenderung kehilangan kelembapan lebih cepat, yang membuatnya rentan kering dan iritasi. Pelembap yang mengandung bahan seperti ceramide, gliserin, dan asam hialuronat bekerja dengan memperkuat lapisan pelindung kulit, menjaga kelembapan dan mencegah iritan dari luar masuk ke kulit. Untuk hasil terbaik, gunakan pelembap minimal dua kali sehari, terutama setelah membersihkan wajah atau mandi saat kulit masih dalam kondisi lembap agar kandungannya terserap optimal. Pilih pelembap yang bebas dari pewangi dan alkohol serta sesuaikan teksturnya dengan kebutuhan kulit Anda, misalnya krim untuk kulit sangat kering dan lotion untuk kulit kombinasi.
     
  3. Lindungi Kulit dari Sinar Matahari
    Paparan sinar ultraviolet (UV) dapat memperparah iritasi dan merusak kulit sensitif, menyebabkan kemerahan dan rasa terbakar. Oleh karena itu, perlindungan dari sinar matahari sangat penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Penggunaan tabir surya setiap hari, bahkan saat cuaca mendung atau saat beraktivitas di dalam ruangan dekat jendela, dapat membentuk penghalang pelindung kulit dari sinar UV. Sebaiknya, gunakan tabir surya dengan SPF 30 atau lebih tinggi dan ulangi pemakaian setiap 2-3 jam bila terus terpapar sinar matahari langsung. Pilih formula mineral seperti zinc oxide atau titanium dioxide karena biasanya lebih ramah untuk kulit sensitif dan hindari produk yang mengandung pewangi atau bahan kimia keras.
     
  4. Hindari Paparan Faktor Pemicu
    Mengidentifikasi dan menghindari faktor-faktor pemicu iritasi sangat penting agar kulit sensitif tidak mudah bereaksi negatif. Faktor pemicu ini bisa berupa makanan tertentu, produk kosmetik, atau kondisi lingkungan seperti polusi dan cuaca ekstrem. Dengan menghindari faktor-faktor tersebut, kulit memiliki kesempatan untuk pulih dan mengurangi peradangan. Hal ini sebaiknya dilakukan segera setelah Anda mengenali adanya reaksi negatif pada kulit, dan secara rutin lakukan evaluasi terhadap gaya hidup dan lingkungan sekitar. Penting untuk mencatat setiap perubahan pada kulit setelah mencoba produk baru atau konsumsi makanan tertentu, serta konsultasikan dengan dokter jika sulit menentukan pemicu yang tepat.
     
  5. Jaga Kebersihan Kulit dengan Lembut
    Membersihkan kulit dengan cara yang lembut sangat penting agar lapisan pelindung alami kulit tidak rusak dan sensitivitas kulit tidak bertambah parah. Gunakan pembersih yang lembut dan air hangat untuk membersihkan wajah, sehingga kotoran dan minyak dapat terangkat tanpa menghilangkan kelembapan alami kulit. Sebaiknya lakukan pembersihan dua kali sehari, pagi dan malam, serta setelah aktivitas yang membuat kulit berkeringat atau kotor. Hindari penggunaan air panas, scrub kasar, atau produk pembersih dengan bahan iritan. Saat mengeringkan wajah, tepuk-tepuk dengan handuk bersih dan hindari menggosok kulit agar tidak memicu iritasi.
     
  6. Kelola Stres dengan Baik
    Stres dapat memperburuk kondisi kulit sensitif karena dapat memicu reaksi inflamasi dan memperlambat proses penyembuhan kulit. Oleh sebab itu, manajemen stres menjadi bagian penting dari perawatan kulit sensitif. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam dapat membantu menurunkan hormon stres dan memperbaiki keseimbangan kulit. Aktivitas ini sebaiknya dilakukan secara rutin, terutama ketika Anda merasa tertekan atau memasuki periode di mana kulit biasanya lebih mudah sensitif. Penting untuk menemukan metode relaksasi yang paling cocok dan nyaman agar dapat dilakukan secara konsisten, serta jangan ragu mencari bantuan profesional bila stres terasa terlalu berat.
     
  7. Konsultasikan dengan Profesional Kesehatan
    Jika kulit sensitif tidak kunjung membaik meskipun sudah melakukan perawatan mandiri, konsultasi dengan dokter kulit menjadi langkah yang sangat penting. Diagnosis yang tepat akan membantu menentukan penyebab utama dan perawatan yang sesuai, seperti penggunaan obat topikal atau terapi khusus. Konsultasi sebaiknya dilakukan segera ketika gejala iritasi dan kemerahan terus berlanjut atau memburuk. Pastikan memberikan informasi lengkap kepada dokter mengenai produk yang dipakai, pola makan, dan gejala yang dialami agar diagnosis bisa lebih akurat dan penanganan lebih tepat sasaran.


 

Referensi
National Library of Medicine. Diakses pada 2025. Capsaicin induces reflex scratching in inflamed skin
National Library of Medicine. Diakses pada 2025. Persistent Skin Symptoms after Diagnosis and on a Long-term Gluten-free Diet in Dermatitis Herpetiformis
National Library of Medicine. Diakses pada 2025. The influence of air pollution on skin microbiome: a link to skin barrier dysfunction
National Library of Medicine. Diakses pada 2025. Ultraviolet-B induced inflammation of human skin: characterisation and comparison with traditional models of hyperalgesia



Diulas oleh: dr. Yunita


 

Ramadhan Glowing

Diskon hingga 50% untuk rayakan momen kemenangan dengan kulit cerah, sehat, dan glowing maksimal!

Reservasi sekarang
Ramadhan Glowing
Kembali ke daftar artikel